Balita Terlalu Sering Nonton Youtube, Benarkah Bisa Membuat Lambat Berbicara? Ini Penjelasan Dosen UM Surabaya

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Balita Terlalu Sering Nonton Youtube, Benarkah Bisa Membuat Lambat Berbicara? Ini Penjelasan Dosen UM Surabaya
Gambar Artikel Balita Terlalu Sering Nonton Youtube, Benarkah Bisa Membuat Lambat Berbicara? Ini Penjelasan Dosen UM Surabaya
  • 14 Sep
  • 2022

Ilustrasi gambar (Shutterstock)

Balita Terlalu Sering Nonton Youtube, Benarkah Bisa Membuat Lambat Berbicara? Ini Penjelasan Dosen UM Surabaya

Mengasuh anak di zaman digital sekarang ini kadang membuat para orang tua millenal galau. Sebabnya, mereka seringkali bertanya-tanya kapan baiknya mengenalkan anak dengan teknologi modern seperti Youtube?

Tentu sudah jamak kita lihat di tempat umum atau di rumah, anak balita akrab dengan tontonan di YouTube. Media YouTube telah menjadi hiburan yang paling menarik bagi anak-anak dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang mereka.

Ada orang tua yang galau, ada pula yang percaya bahwa YouTube memiliki pengaruh besar dalam perkembangan bahasa anak-anak mereka. Bagi yang tidak percaya, Youtube dianggap sebagai ‘pelaku” yang membuat anak-anak mengalami keterlambatan bicara.

Sri Lestari Dosen Pendidikan Bahasa Inggris UM Surabaya membagikan tips bagi para orang tua dalam menggunakan Youtube.

Menurut Tari, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengajak anak berinteraksi ketika menonton. Perkembangan bahasa pada anak dipengaruhi oleh dua faktor : internal dan eksternal. Internal dapat dipengaruhi karena faktor genetik, otot bicara, dan kondisi syarafnya. Sementara,  faktor eksternal berkaitan dengan komunikasi dengan orang tua atau pengasuh, media, atau permainan yang biasa dia mainkan.

Tari menjelaskan media YouTube memang memiliki efek positif maupun negatif. Melalui visualisasi, anak menjadi terbantu memahami suatu konsep. YouTube merupakan salah satu media yang unggul dalam hal audio-visual. Namun, penggunaannya yang berlebihan pada anak dan tanpa pendampingan tentu akan membahayakan pengelihatan maupun perkembangan bahasa anak.

“Membiarkan anak menonton tanpa pendampingan berarti komunikasi hanya berjalan satu arah saja dan itu akan membahayakan perkembangan bahasa mereka. Orang tua dapat mengajak anak bernyanyi atau bercerita sembari menonton,”jelas Tari Rabu (14/9/22)

Kedua, awasi dan batasi tontonan anak. Media Youtube bisa saja mengandung konten yang tidak pantas seperti mempromosikan kekerasan, seksualitas, atau bahasa yang tidak pantas bagi anak-anak. Hal ini tentu berbahaya bagi perkembangan anak sehingga diperlukan pengawasan orang tua. Gunakan batasan usia yang direkomendasikan dalam fitur YouTubes agar dapat mengurangi kekhawatiran orang tua tentang konten yang tidak pantas.

“Konten-konten yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak secara pesat misalnya lagu-lagu anak karena sudah terbukti dapat meningkatkan kesadaran fonologis anak,”katanya lagi.

Ketiga, berikan rules Screen Time pada anak. Screen time merupakan batasan waktu yang digunakan untuk menggunakan seperti computer atau menonton televisi termasuk juga YouTube dan bermain games. Batasan waktu untuk menonton YouTube bagi anak di atas 2 tahun sebaiknya tidak lebih dari dua jam. Tentu yang terpenting juga sebaiknya bagi anak di bawah 2 tahun, orang tua perlu menghindari paparan tontonan yang bersifat komunikasi satu arah saja seperti YouTube, televisi, atau mainan anak yang mengutamakan tontonan.

Keempat perhatikan rentang perkembangan bahasa anak. Perkembangan anak tentu tidak sama. Namun ada batasan yang perlu menjadi alarm bagi orang tua agar penanganan keterlambatan bicara dapat sesegera mungkin dilakukan.

Bagi anak usia dua tahun, mereka sudah dapat mengucapkan satu atau dua kata sedangkan bagi anak usia tiga tahun kemampuannya meningkat menjadi tiga kata. Bagi anak yang memiliki kemampuan di bawah standar tersebut tentu tidak dapat langsung didiagnosis keterlambatan berbicara.

“Orang tua harus mengkonsultasikan kepada ahli tumbuh kembang anak bila mendapati kejanggalan dalam perkembangan bahasa anak. Self-diagnosis tentu tidak akan membantu. Semakin cepat ditangani, akan semakin mudah memecahkan masalah keterlambatan bahasa anak,”tutup Tari.