Ilustrasi gambar (pixabay)
Monosodium Glutamat (MSG) banyak digunakan sebagai penyedap rasa dalam masakan di kehidupan sehari-hari. Garam sodium dan asam L-glutamat adalah komponen suatu asam amino non esensial pada MSG yang bersifat larut dalam air dan akan berdisosiasi menjadi kation garam sodium dan anion asam glutamate.
Secara kimia, MSG berbentuk seperti bubuk kristal berwarn putih yang terkandung atas 78 persen asam glutamat dan 22 persen sodium dan air. Asam glutamate yang terkandung dalam MSG tidak memiliki perbedaan dengan asam glutamate yang terkandung dalam tubuh manusia dan dalam bahan-bahan makanan alami seperti keju, ekstrak kacang kedelai dan tomat.
Baterun Kunsah Dosen D4 Teknologi Laboratorium Medik (TLM) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan rata- rata konsumsi MSG sekitar 0,6 g/hari atau sekitar 0,3- 1.0 g/hari di negara industri. Konsumsi tersebut bisa saja meningkat tergantung isi kandungan MSG dalam makanan dan juga tergantung pilihan rasa seseorang.
“Di MSG ada kandungan natrium. Konsumsi yang disarankan adalah 10 miligram per kilogram berat badan. Misal, berat badan 60 kilogram, kita hanya bisa konsumsi 6 gram saja atau cukup 1 sendok teh per hari.”jelas Kunsah Jumat (12/8/22)
Menurut Kunsah, dari hasil penelitian, MSG aman untuk dikonsumsi, bahkan oleh bayi sekalipun, namun dengan dosis yang tepat atau tidak berlebihan.
Konsumsi MSG dalam jumlah tertentu dapat mengancam kesehatan pada anak. Menteri Kesehatan sudah memberi pernyataan dan meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menarik produk makanan kemasan yang tidak mencantumkan kandungan MSG atau seberapa membahayakan MSG bagi kesehatan manusia.
“Usia anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada kelompok dewasa. MSG juga dapat menyebabkan menurunnya fungsi otak. Semakin mudah anak mengonsumsi MSG, semakin besar bahaya yang dapat ditimbulkan MSG pada otak sehingga jangka panjang akan mengurangi kecerdasan pada anak,”imbuhnya lagi.
Tiga angka kejadian penurunan fungsi kognitif adalah 0,9% pada anak dibawah 5 tahun dan 1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari hasil evaluasi langsung terhadap anak usia sekolah, angka kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi.
Selain itu juga, penggunaan berlebih MSG dapat memberikan efek sitotoksik dan menimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan suatu kondisi dimana kadar radikal bebas di dalam tubuh lebih banyak daripada kadar antioksidan.
Dampak Monosodium Glutamat dalam perkembangan otak anak dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah chinese restaurant syndrom, kerusakan sel saraf, asma, obesitas dan kegemukan, sakit kepala dan hipertensi, kerusakan sel, serta kerusakan ginjal dan depresi. Hal tersebut tentunya dapat mengganggu serta menghambat kerja otak pada anak.
“Menggunakan MSG untuk melezatkan makanan itu tidak apa-apa asalkan tidak dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan,”tutup Kunsah.
(0) Komentar