Apakah Pubertas Dini Berbahaya? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Apakah Pubertas Dini Berbahaya? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya
Gambar Artikel Apakah Pubertas Dini Berbahaya? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya
  • 19 Des
  • 2022

Ilustrasi gambar (Shutterstock)

Apakah Pubertas Dini Berbahaya? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya

Pubertas dini sebelum waktunya adalah perubahan tubuh anak menjadi dewasa (remaja) pada usia yang lebih dini dari yang seharusnya. Pada anak laki-laki, pubertas dini terjadi sebelum usia 9 tahun, dan anak perempuan sebelum usia 8 tahun. Pubertas dini menyebabkan perubahan bentuk dan ukuran tubuh, perkembangan tulang dan otot, serta perkembangan organ dan reproduksi. Kondisi ini cukup langka karena hanya terjadi pada 1 dari 5000 anak.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya Muhammad Anas menyebut pubertas dini dipicu oleh hormon gonadotropin (GnRH), yaitu hormon yang merangsang produksi hormon esterogen pada anak perempuan dan hormon testosteron pada anak laki-laki.

Ia menjelaskan tanda pubertas dini pada anak perempuan terjadi sebelum usia 8 tahun. Hal ini ditandai pertumbuhan payudara dan menstruasi pertama lebih awal. Sementara pada anak laki-laki, terjadi sebelum anak berusia 9 tahun, dengan tanda berupa suara menjadi lebih berat, pertumbuhan kumis, serta pembesaran testis dan penis.

“Tanda lain yang dapat menyertai pada anak laki-laki dan perempuan adalah kemunculan jerawat di wajah, pertumbuhan tinggi badan menjadi lebih pesat, dan bau badan berubah seperti bau orang dewasa,”ujar Anas Senin (19/12/22)

Sementara itu, ia menyebut faktor pemicu lain yang dapat meningkatkan risiko pubertas dini, adalah obesitas, riwayat kelainan genetik dari orang tua atau saudara kandung, paparan estrogen dan testosteron dari luar, contohnya melalui penggunan krim atau salep, dan pengobatan radioterapi pada kepala atau tulang belakang.

“Periksakan anak anda ke dokter jika ia mengalami beberapa tanda pubertas dini saat usianya masih 7–9 tahun atau lebih muda. Dokter akan mengevaluasi kondisi anak dan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya,”imbuhnya lagi.

Dokter akan memeriksa perubahan fisik pada tubuh anak, serta melakukan tes darah dan tes kencing, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh anak. Selanjutnya, dokter akan melakukan stimulasi hormone GnRH untuk mencari tahu jenis pubertas dininya. Pada tes ini, dokter mengambil sampel darah anak, lalu menyuntik anak dengan hormon GnRH.

Anas menyebut, selain memiliki tinggi badan dan perawakan yang berbeda dari teman-teman seusianya. Pubertas dini pada anak juga dapat membuat anak tidak percaya diri, ,malu, stress karena merasa berbeda dengan teman-temannya. Kondisi ini dapat meningkat risiko depresi.

“Anak yang mengalami pubertas dini akan tumbuh lebih cepat sehingga terlihat lebih tinggi dari anak-anak sebayanya. Namun, hal ini menyebabkan tulangnya menjadi cepat matang dan berhenti bertumbuh sebelum waktunya. Akibatnya, tubuh anak akan menjadi lebih pendek ketika ia dewasa nanti,”katanya.

Terakhir, Anas menyebut pubertas dini yang dipicu oleh obesitas dapat dihindari.

“Menurunkan paparan krim atau salep yang mengandung hormon tertentu juga dapat memicu terjadinya pubertas dini,”tutup Anas.